Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Ada 4 spesies tikus ditemukan pada
pertanaman kelapa sawit, yaitu tikus rumah Rattus
rattus. diardii, tikus padang R. r. exulans, tikus
sawah R. r. argentiventer, dan yang dominan dan paling merugikan
adalah R. r. tiomanicus atau tikus belukar. Tikus R.r. argentiventer
kerap menyerang kelapa sawit pada kebun-kebun yang berbatasan dengan
persawahan, terutama sawah yang telah selesai dipanen. Jadi tikus jenis ini
bermigrasi sementara ke kebun sawit, yaitu ketika di sawah tidak tersedia
makanan yang cukup.
Tikus
R.r. tiomanicus berwarna keabu-abuan hingga coklat kemerahan, bagian
bawah perutnya putih hingga abu-abu terang. Panjang kepala dan badan 15-20 cm,
dengan ekor sedikit lebih panjang daripada badan. Puting susunya 10 buah, 2
pasang di dada dan 3 pasang di bagian perut. Tikus ini menjadi dewasa setelah
berumur 3-4 bulan, dan akan melahirkan anak tiap 2 bulan. Jumlah anaknya dapat
mencapai 10 ekor tiap kali melahirkan, tetapi biasanya 3-8 ekor. Seekor tikus
betina dapat menghasilkan keturunan sebanyak 500 ekor selama hidupnya.
Tikus
bersarang di pohon atau pada tumpukan kayuan atau dedaunan kering di atas
tanah. Tikus memakan buah mentah dan matang, atau mengerat bagian pangkal
pelepah pada TBM, sehingga dapat mematikan tanaman muda. Kematian tanaman muda
akibat serangan tikus dapat mencapai 20%, sehingga harus dilakukan penyisipan
yang memerlukan tambahan biaya bibit dan tenaga kerja, serta menyebabkan
tertundanya masa panen. Perkembangan populasi tikus sangat dipengaruhi oleh
tersedianya makanan, yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan
air. Kehilangan produksi pada TM akibat serangan tikus dapat mencapai 1.363,8
kg minyak mentah sawit/ha/tahun (Sudharto dan Desmier de Chenon, 1997).
Kehilangan produksi ini belum termasuk brondolan yang dibawa tikus ke dalam
sarang dan tumpukan-tumpukan pelepah di gawangan. Selain itu, perlukaan buah
akibat keratan tikus dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak
sawit, serta mendorong berkembangnya jamur-jamur saprofitik yang selanjutnya
akan membusukkan buah dan tandan di pohon.
Hasil
penelitian pada perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara menunjukkan bahwa
luas wilayah jelajah R. r. tiomanicus jantan dan betina tidak berbeda
nyata, berturut-turut adalah 234 m dan 229,5 m, dan daya jelajahnya adalah
11,35 m/hari dan 10,35 m/hari (Thohari, et al., 1989).
0 comments:
Post a Comment