Tuesday, 25 March 2014

Pembukaan Lahan Kelapa Sawit


PENGERTIAN DAN BATASAN
Pembukaan lahan atau landclearing  adalah pembukaan lahan untuk keperluan lain nya sepert perkebunan, transmigrasi, pertanian dan lain sebagainya.Pembukaan lahan merupakan komponen biaya inventasi disamping pembibitan yang telah dibicarakan. Tahapan-tahapan pekerjaan sudah tertentu sehingga jadwal kerja harus harus dilaksanakanb secara konsekwen. Keterlambatan suatu pekerjaan diselesaikan akan berlarut pada pekerjaan lain sehingga akan menambah biaya. Tantangan yang dihadapi cukup banyak misalnya alam ( gangguan cuaca, hewan liar, dan lain-lain ), biaya yang harus berkesinambungan, sumber daya manusia yang harus tersedia serta alat-alat beserta suku cadangnya. Tahapan- tahapan pekerjaan ini adalah :
  • Perencanaan luas kebun dan jadwal pembangunannya.
  • Rintisan dan rencana pemborong pekerjaan.
  • Sistim pembukaan lahan yang dipakai.
  • Persiapan penanaman, parit, drainase, pengawetan tanah, penanaman kacangan.
  • Penanaman. 
Perencanaan kebun dan jadwal pembangunan.
Dari studi kelayakan harus sudah jelas perencanaan luas kebun yang akan dibangun serta tata ruangnya. Disini harus ada tergambar misalnya :
  • Lokasi pemukiman untuk satuan luas tertentu misalnya 800 ha untuk 1 afdeling. Lokasi ini harus dekat dengan sumber air minum dan letaknya terpusat dari areal.
  • Batas areal dari kebun maupun riap afdeling.
  • Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung (masuk dan keluar lokasi) atau jalan utama, jalan produksi, dan lain-lain.
  • Lokasi pembibitan.
  • Lokasi pabrik dan kantor pusat kebun.
Luas satu kebun biasanya disesuaikan dengan kapasitas akhir pabrik yang akan dibangun. Satu unit pabrik yng berkapasitas 30 - 45 ton tandan TBS / jam akan dapat disuplai oleh tanaman yang luasnya 6.000 HA dan yang berkapasitas 60 ton tandan / jam membutuhkan areal seluas 11.000 – 12.000 HA. Satu kebun dibagi dalam beberapa afdeling atau bagian yang luasnya 600 – 800 ha tergantung kondisi areal dan tiap afdeling akan terdiri dari blok tanam yang luasnya 16 ha, 25 ha, atau 30 ha tergantung kondisi areal. Blok ini sangat penting sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan diperhitungkan dalam blok demi blok. Untukareal rata atau berombak tentu akan mudah membagi blok tersebut tetapi untuk kondisi bergelombang atau berbukukit akan memiliki blok yag lebih kecil dan tidak jarang sebagai batas blok dipakai batas alam seperti sungai, jalan dan lain –lain.
Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat karena banyak pekerjaan atau hal-hal tertentu yang harus dilaksanakan atau dipesan beberapa bulan sebelumnya. Pemesanan kecambah (bibit) harus dilakukan 3 – 6 bulan sebelum pembibitan dimulai, dan pembibitan harus sudah dimulai 1 tahun sebelum penanaman dilapangan. Demikian pula dengan pemesanan alat-alat berat, intansi penyiraman, pencarian tenaga kerja, penyelesaaian ganti rugi, menghubungi calon pemborong dan lain-lain. Jadwal pembibitan dibuat tersendiri dan jadwal pembukaan lahan dan penanaman tersediri pula.Mengingat sebagian pekerjaan akan menghadapi tantangan alam maka pekerjaan tersebut harus pula disesuaikan dengan keadaan yang bakal terjadi. Jadwal kerja ini tergantung pada kondisi setempat dan hendaknya disesuaikan dengan keadaan iklim, sarana tenaga kerja, dan dana yang tersedia.
I.  LAND CLEARING
    1 Manual
  • terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian   tenaga sangat banyak
    2 Mekanis

  • Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)
   3  Chemis
  • Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif. Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.
Pilihan : tergantung pada keadaan lapangan, ketersediaan tenaga kerja, dana, alat-alat serta jadwal waktu penanaman yang ditargetkan. Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan cara kombinasi.
Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan
2. Tahap Pekerjaan
    a. Membabat / Imas
Sebelum melaksanakan  pekerjaan imas, maka pekerjaan babat pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan pohon kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5 sampai 6 orang / HA.
Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon besar.

  • Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm
  • Menggunakan parang dan kampak
  • Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan tanah
  • Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis
    b. Menumbang
Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon dengan gergaji ( chain saw ) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya  
  • Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur
  • Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah : 
Diameter
Ditebang dari permukaan tanah maks.
> 10 – 15 cm
15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 – 30 cm
25 cm
31 – 75 cm
50 cm
76 – 150 cm
100 cm
> 150 cm
Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :

  • Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan
  • Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
  • Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)
  • Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai pembuatan outlet dan main drain serta telah terjadi penurunan permukaan tanah. 
    c. Merencek
Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.
  • Memotong batang, cabang dan ranting
  • Pedoman panjang potongan kayu :
Diameter (cm)
Panjang Potongan (m)
10 - 30
1,5 – 3
30 - 75
2 – 4
> 75
4 - 5
    d. Merumpuk
Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan  dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang Utara – Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak anar rmpukan dibuat 50 – 100 meter tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.
  • Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi barisan yang teratur
  • Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar
  • Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.
          Mekanismenya
  • Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
  • Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
  • Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
  • Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
  • Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
    e. Membersihkan areal
  • Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di  jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
    f.  Perun mekanis
  • Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
  • Jenis alat berat untuk perun mekanis :
Jenis Alat
Vegetasi
Topografi
Posisi Rumpuk
Kerapatan kayu
Buldozer
Hutan sekunder, semak belukar
Gelombang, darat, datar
4 : 1
Sedang – rendah
Buldozer
Hutan primer
Datar, gelombang
2 : 1
Tinggi – sedang
Buldozer & Excavator
Hutan primer, sekunder, semak belukar
Bukit, gelombang
Antar teras
Tinggi – rendah
Excavator
Hutan primer, sekunder, semak belukar
Rendahan, gambut
2 : 1
Tinggi - rendah

       Pancang jalur rumpukan

  • Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
  • Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
  • Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
      Pelaksanaan perun mekanis

  • Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
  • Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

    g. Cincang Jalur
          Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
  • Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
  • Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan harus bebas dari kayu
  • Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :
  • Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2
  • Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4
  • Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m
      Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit
  • Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan
  • Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan manajemen 
3.  Perhitungan Waktu
      Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 – 5.000 ha :
  • Survey/mengukur areal                        : ± 1 bulan
  • Babat/imas                                         : 2 – 3 bulan
  • Menumbang                                        : 2 – 3 bulan
  • Merencek dan merumpuk                    : 1 – 2 bulan
  • Membersihkan areal                            : 2 – 3 bulan
  • Pemberantasan lalang                         : 2 – 3 bulan
  • Jalan + saluran air                               : 2 – 3 bulan
  • Penanaman kacangan                         : 1 – 2 bulan
  • Memancang                                        : 2 bulan
  • Teras, benteng                                    : 2 – 3 bulan
  • Melubang                                            : ± 2 bulan
  • Menanam                                           : ± 2 bulan 
Perencanaan dibuat dalam suatu barchart. Pembukaan lahan dilakukan saat musim kering dan penanaman kelapa sawit jatuh pada bulan basah/musim hujan. Perlu diingat bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu/dapat saling tumpang tindih.
4.  Perhitungan Kebutuhan Traktor
      Kapasitas traktor dengan beberapa implement
Jenis Pekerjaan
Implement
Lebar Potongan (m)
Kecepatan (km/jam)
Efisiensi (%)
Kapasitas (ha)
JKT/ha
Membabat
JD 307
1,8
4,0
70
0,50
2,00
Membajak I
JD SA 234, 4 Plow 28 inch
1,0
5,0
70
0,35
2,86
Membajak II
JD SA 234, 4 Plow 28 inch
1,0
5,0
80
0,40
2,50
Menggaru I
JD Integral disc harrow 9,5 inch
2,8
5,0
80
1,12
2,89
Menggaru II
JD Integral disc harrow 9,5 inch
2,8
5,0
80
1,12
0,8
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)

Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia
5. Pedoman Pelaksanaan
    Hutan Primer
  • Cara yang digunakan : Manual atau mekanis
  • Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :
Uraian
Manual
Mekanis
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Alat
Keb. HK / JKT
Babat/Imas
Parang panjang
20-25
Parang
20-25 HK
Menumbang
Gergaji rantai, kampak
30-60
Buldozer
10-14 JKT
Merencek
Parang + kampak, gergaji
40-50
Gergaji rantai
40-50
Merumpuk
-
10-15
Buldozer
7-9 JKT
Membersihkan jalur
Cangkul
20
Buldozer
8 JKT
Jumlah

120-160 HK
(60-75 HK) + (25-32 JKT)
  • HK                       : Hari Kerja
  • JKT                      : Jam Kerja Traktor
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
   Hutan Sekunder
  • Cara yang digunakan : manual atau mekanis
  • Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :
Uraian
Manual
Mekanis
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Alat
Keb. HK / JKT
Babat/Imas
Parang
15-20
Parang
15-20 HK
Menumbang
Gergaji rantai
25-35
Buldozer
8-12 JKT
Merencek
Parang + gergaji
20-30
Gergaji rantai
20-30
Merumpuk
-
10-12
Buldozer
4-6 JKT
Membersihkan areal
Cangkul
15-20
Buldozer
6 JKT
Jumlah

85 - 117 HK
(35-55 HK) + (18-24 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
       Semak Belukar
  • Cara yang digunakan : manual atau mekanis
  • Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :
Uraian
Manual
Mekanis
Alat
Keb. HK (HK/ha)
Alat
Keb. HK / JKT
Babat/Imas
Parang
20-25
Parang
15-20 HK
Merencek
Parang + gergaji
15-20
Parang
15-20 HK
Merumpuk
-
10-15


Membersihkan jalur/areal
Cangkul
20
Buldozer
4-6 JKT
Jumlah

65-80 HK
(30-40 HK) + (4-6 JKT)
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
Sistem Land Clearin dengan Membakar sekarang dilarang
 
Ketentuan pemerintah UU no 32  Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup sesuai pasal 108 berbunyi : Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak  Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
  
II. PENGAWETAN TANAH
1. Teras Kontur 
Pada umumnya areal penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak pada daerah yang banyak hujannya. dan tidak semuanya datar/flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada lahan yang berombak, berbukit.
 
Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan , sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras tunggal (individual/tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar menurut  kemiringan dimulai 50 cm dibawah pancang.
Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan,jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok per HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak antar pokok adalah :
                        Tabel Jarak Antar Teras dan Tanaman
Jarak antar kontur (m ) pokok/ha
Jarak  antar  pokok  pada  kepadatan
128
136
  • 7,0
  • 7,3
  • 7,6
  • 7,9
  • 8,2
  • 8,5
  • 8,8
  • 11,1
  • 10,6
  • 10,2
  • 9,8
  • 9,5
  • 9,1
  • 8,8
  • 10,3
  • 9,9
  • 9,5
  • 9,2
  • 8,8
  • 8,5
  • 8,2
  
                                       Tabel Bentuk Pengawaetan Tanah
Kelas
 lahan
Kemiringan
Tindakan
Pengawetan
Derajat (º)
( % )
Rata
Agak miring
Miring

Sangat miring
0º - 3º
4º - 28º


29º - 45º
< 1%
1 – 6%
7 – 54%

55% - 100%
Tidak perlu
Benteng, rorak
Teras individu, tapak kuda dan teras kontur
Teras bersambung/Kontur
                         Tabel Jarak Teras dan Kemiingan Persyaratan Teras 
Kemiringan ( º )
Jarak Teras ( m )
Kemiringan ( º )
Jarak Teras ( m )
0
8,16
25
9,00
5
8,19
30
9,42
10
8,28
35
9,96
15
8,45
40
10,65
20
8,68
45
11,54
  
1.  Tahap Pembuatan Kontur.
Penentuan pancang induk.Pancang induk adalah pancang dengan jarak tertentu dan tetap, tempat        dimulainya pembuatan kontur. Penempatan pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan dominan atau rata-rata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai).
2. Penempatan pancang induk
Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan mengakibatkan banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus dihindari.    Jarak antar pancang induk : 8 m timbang air ( water pass ),
Prinsip Kerja.
Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik tanam 9,2 m dan konstan.Penentuan titik tanam pada kontur berikutnya :                                  
  • Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1.
  • Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya +/- 90 derajat.
  • Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II.
  • Ujung t6ali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi pancang tanam.
Penentuan titik tanam berikutnya adalah : pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan titik siku-siku, dan ujung tali pada kontur tanam merupakan titik tanam baru.Untuk mendapatkan titik siku-siku pada titik siku pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya penentuan kontur, berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut jikatitik tanam terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2 meter untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak segaris atau sejajar.
2. Benteng dan Rorak
  • Dibuat pada tanah agak miring : 10 – 15 m/HK
  • Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm
  • Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng :
                  Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng/Rorak
Kemiringan
Jarak (m)
1%
2%
3%
4%
5%
6%
(0º34´)
(1º9´)
(1º44´)
(2º18´)
(2º52´)
(3º26´)
60
40
30
25
20
18
Cara pembuatan benteng
  • Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya
  • Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran
  • Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.
3. Teras Individu (Tapak Kuda)
  • Dibuat pada tanah agak miring
  • Ukuran lebar = 4 meter
  • Prestasi kerja 2 – 3 st/HK
Cara pembuatan
  • Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam
  • Tapak kuda tepat pada pancang tanaman
  • Tanah bagian atas pancang digali
  • Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit
  • Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan
III. Pembuatan Jalan
   1.  Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat
  • Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok
  • Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
  • Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR maupun CR
  • Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan jalan
  • Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan
  • Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating compactor 6 ton
   2. Pembuatan Jalan pada Areal Gambut/Rawa
       Dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan. Tahap pembuatannya :
  • Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok
  • Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar
  • Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di badan jalan
   3. Pembuatan Jalan Kontur
       Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur :
  • Harus memotong teras/kontur
  • Badan jalan dibuat miring ke arah tebing
  • Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam
Tahap Pembuatan Jalan
  • Penentuan posisi/letak jalan yang akan dibuat melalui survei
  • Pemancangan jalan ditentukan dengan theodolite. Posisi pancang diletakkan di bagian tepi jalan sebelah luar dinding bukit
  • Pembuatan jalan dengan buldozer dimulai dari bawah mengarah ke atas. Pancang yang sudah dibuat tidak boleh tumbang untuk kontrol bahwa jalan telah disesuaikan dengan desain
Penimbunan dan Pengerasan Jalan
Waktu Pelaksanaan
  • Perencanaan penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada musim hujan
  • Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan digunakan
Sarana Pekerjaan
  • Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik
  • Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6 ton dan lainnya
  • Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan
Pengadaan Bahan
  • Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan/pengerasan jalan.
  • Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.

IV. Jembatan dan Gorong-gorong
  • Pembuatan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit agar kalau harus dibuat jembatan cukup yang kecil saja
  • Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air)
  • Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10 HK
  • Ukuran gorong-gorong besar : panjang 1 m, diameter 1 m kecil : panjang 1 m, diameter 0,6 m
  • Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya gorong-gorong dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm
  • Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass
V Parit Drainase
  • Berfungsi untuk pembuangan air dari dalam ke luar kebun
  • Berupa alur-alur alam (sungai-sungai kecil) maupun parit yang dibuat
                                                     Tabel Ukuran Parit Drainase
Jenis Parit
Lebar Atas
(m)
Lebar Dasar
(m)
Kedalaman
(m)
Standard Pembuatan
Manual
Mekanis
Primer
Sekunder
Tersier
Kuarter
3,5-5,0
2,2-2,7
1,3-1,7
0,8-1,0
2,0-3,0
1,0-1,2
0,5-0,7
0,3-0,4
1,5-2,0
1,2-1,5
0,8-1,0
0,5-0,6
2-2,5 m/HK
3-4 m/HK
4-6 m/HK
8-10 m/HK
20-40 m/JKT
40-60 m/JKT
60-70 m/JKT
80-100 m/JKT
  

Cara membuat parit
  • Membuat pancang dari hulu ke hilir
  • Manual : tanah digali dengan cangkul atau sekop
  • Mekanis : dengan excavator
  • Arah penggalian dari hilir ke hulu
  • Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima
  • Tempat pertemuan parit/Junction harus membelok ke arah aliran air

0 comments:

Post a Comment